Merupakan kegiatan yang digagas oleh Nyi Tri Yuli Setyasari Pamong Mapel Seni Budaya SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan untuk mengimplementasikan materi pembelajaran ke dalam bentuk project. Topik yang dipilih adalah Gelar budaya pernikahan adat jawa Yogyakarta. Berpijak pada Ambuka Raras Angesti Wiji, Kesenian adalah Pepucuk Pendidikan maka Tamansiswa Khususnya Taman Madya IP akan terus berkesenian ,berkebudayaan dalam pelaksanaan pendidikanya. Terutama karena ada pelaku-pelaku seni Seperti Nyi Tri Yulianti Setyasari dan Nyi Hapsari Setya Lestari yang selalu menghidup-hidupkan kesenian di Tamansiswsa. Dengan maraknya perbincangan tentang kurikulum Merdeka dalam dunia pendidikan, konon kurikulum merdeka tersebut diadopsi dari Tamansiswa atau buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara, sebagai orang Tamansiswa akhirnya tergelitik juga untuk menguak tabir apakah ada kesamaan persepsinya antara kurikulum Merdeka dan pendidikan jiwa merdeka di Tamansiswa. Kurikulum merdeka salah satu cirinya yang menonjol adalah pembelajaran berbasis project kolaborasi. Project inilah bentuk penerapan kurikulum merdeka Tamansiswa dengan memasukkan muatan ajaran-ajaran Tamansiswa.
Kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh Ki Drs. Amin Priyanta Ketua Bagian /Kepala Sekolah SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam sambutanya Ki Amin Priyanta mengingatkan agar melibatkan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Majelis Ibu Pawiyatan, Orang tua siswa dan perwakilan dari masyarakat sekitar sekolah, dan para pamong SMA Taman Madya IP. Yang disampaikan pada rapat awal rencana kegiatan ini. Ki Amin Priyanta menyatakan ini adalah langkah awal Taman Madya Ibu Pawiyatan menapaki abad kedua Tamansiswa dengan semangat berkemajuan.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Ketua harian Majelis Luhur, Ketua Majelis Ibu Pawiyatan, Ketua Umum Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Alumni SMA Taman Madya IP angkatan tahun 86 dan angkatan tahun 88, Ketua Umum PKBTS, Ketua PASTI , orang tua siswa dan LP2M UST Yogyakarta.
Kegiatan gelar budaya ini dimaksudkan agar para siswa tidak hanya mengenal budaya jawa dalam prosesi penikahan, akan tetapi juga berperan sebagai pelaku dan pelaksana project, mulai dari dari prosesi seserahan, hantaran seserahan hingga ijab kabul dan panggih pengantin yang kesemuanya mengandung ajaran dan filosofi yang tinggi. Dalam kegiatan ini semua peran dijalankan oleh siswa . Berperan sebagai model pengantin wanita adalah Fiana Oktarina klas XI IPS sedangkan untuk pengantin pria diperankan oleh Androu Piere Muhamad kelas XII IPA. Untuk para orang tua pengantin juga diperankan olaeh para siswa. Ayah dari pengantin wanita oleh Hafidh Rafif kelas X IPS dan sebagai Ibu diperankan oleh Maida Arundaya kelas X IPA. Yang menjadi model Untuk ayah pengantin Pria adalah Milzam Rayhan P. dan Tri Widyastuti sebagai Ibu dari kelas XII IPA. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan MC menggunakan 4 bahasa, yang akan dibawakan Oleh Siska Mayasari klas XII IPS dalam Bahasa Indonesia, Putri Yuliantik Kelas XII IPA dalam Bahasa Jawa, Farah kelas XII IPA dalam Bahasa Jepang , dan Alikha Dwi Cintyamurti dalam bahasa Inggris. Sebagai penghulu,saksi pernikahan dan penasihat atau pemberi ular-ular juga dilakukan oleh siswa. Rayendra Pratama Putra sebagai Penghulu, dan Ular-ular di perankan oleh Gerardus Botun Langobelen siswa perantau dari Indonesia Timur NTT,
Semula Nyi Tri Yuli Setyasari S.Sn hanya ingin berkolaborasi dengan mata pelajaran bahasa dan seni dalam menerapkan project ini, baik itu bahasa jawa,bahasa Indonesia maupun bahasa jepang yang menjadi mata pelajaran di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Namun pada akhirnya semua mata pelajaran terutama IPS turut bergabung dalam project ini untuk berkolaborasi. (NNG)
telah dibaca 106 kali